Serat Kasar dan Kualitas Pakan

Curah hujan mulai menurun saat memasuki bulan April di sebagian besar wilayah Indonesia. Perubahan musim menuju kemarau ini berdampak pada pertumbuhan rumput sebagai sumber hijauan sapi. Berkurangnya debit air di lahan menyebabkan produksi rumput menjadi lambat, akibatnya hasil panen rumput menurun. Agar kebutuhan hijauan untuk ternak sapi tetap terpenuhi, peternak memberikan jerami padi sebagai pengganti rumput. Padi sebagai tanaman pangan utama yang ditanam di Indonesia menjanjikan ketersediaan jerami yang melimpah. Pemanfaatan jerami padi dinilai menguntungkan bagi petani padi karena mengurangi limbah di lahan pertanian dan bagi peternak sapi jerami adalah pakan ternak yang mudah diperoleh. Apakah jerami padi merupakan pakan yang baik bagi sapi?

 

Kandungan serat kasar pada jerami mencapai 35% dari bahan kering. Lebih lanjut, perlu diperhatikan jenis serat kasar yang terkandung dalam jerami padi karena kandungan serat kasar yang tinggi dapat berdampak pada kecernaan pakan setelah dikonsumsi oleh ternak. Serat kasar merupakan karbohidrat kompleks yang terkandung dalam pakan. Jenis dari karbohidrat kompleks ini bermacam-macam. Jerami padi mengandung lignin dan silika yang dapat menurunkan kecernaannya. Proporsi lignin dan silika yang tinggi, seperti halnya pada jerami, akan menyebabkan kecernaan serat kasar yang rendah. Akibatnya, bahan pakan tersebut akan tinggal di dalam rumen lebih lama berakibat pada asupan pakan yang rendah. Inilah yang menjadi kekurangan pemanfaatan jerami padi untuk pakan ternak. Faktor pembatas lainnya yang perlu diperhatikan saat memberikan pakan jerami padi pada ternak adalah rendahnya kandungan protein serta beberapa mineral seperti kalsium dan fosfor.

 

Bagi ternak ruminansia, kandungan serat kasar perlu diperhatikan untuk menunjang kesehatan rumen karena serat kasar berperan dalam produksi saliva sebagai penyeimbang (buffer) tingkat keasaman (pH) pada rumen. Aktivitas fermentasi dalam rumen dilakukan melalui bantuan mikroorganisme. Serat kasar adalah makanan utama mikroorganisme yang akan diubah menjadi asam lemak terbang (volatile fatty acids atau VFA) sebagai sumber energi bagi ternak ruminansia. Apabila nilai pH terlalu rendah, artinya kondisi rumen terlalu asam maka akan menyebabkan asidosis dan iritasi pada rumen. Pada kondisi tersebut, mikroorganisme yang tidak tahan oleh kondisi asam dapat mati sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya dalam system pencernaan yang berakibat pada turunnya produksi ternak. Akibat terburuk dari rendahnya pH rumen adalah kematian ternak. Meskipun peran serat kasar bagi pencernaan ternak monogastrik seperti ayam dan babi bukanlah yang utama, namun konsumsi serat kasar dalam jumlah kecil diperlukan untuk menjaga kesehatan organ pencernaan dan membantu pembuangan sisa pencernaan.

 

Serat kasar juga dapat memberikan dampak negatif jika tidak diperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Kualitas serat kasar akan menentukan tingkat kecernaan setelah pakan dikonsumsi oleh ternak. Salah satu faktor yang memengaruhi kualitas serat kasar adalah ukuran partikel pakan. Guna mengetahui kualitas dan kuantitas serat kasar, analisa laboratorium perlu dilakukan. Metode analisa proksimat telah dikenalkan pada awal abad ke-19 untuk mengetahui kandungan serat kasar melalui ekstraksi yang menggunakan larutan hidrolisis asam dan basa. Metode ini kemudian disempurnakan oleh Peter van Soest menggunakan larutan deterjen netral untuk mengetahui kandungan hemiselulosa, selulosa, dan lignin kemudian dilanjutkan dengan larutan deterjen asam yang akan menyisakan selulosa dan lignin. Alhasil, kuantitas serat kasar dan komposisinya dapat diketahui secara akurat.

 

Salah satu kelemahan analisa laboratorium adalah segi waktu. Para ahli nutrisi dan peternak memerlukan metode pengukuran serat kasar yang cepat dan akurat, sehingga muncul alat pengukur kandungan bahan pakan dengan menggunakan sinar inframerah. Alat ini bernama Near Infrared Reflectance Spectroscopy (NIRS). Sinar inframerah yang digunakan memiliki panjang gelombang 770-2500 nanometer. NIRS bekerja berdasarkan prinsip pantulan cahaya dari pakan yang diuji. Pantulan cahaya tersebut kemudian dibaca oleh komputer sebagai nilai absorban yang merefleksikan kandungan bahan organik dalam pakan. Kandungan serat kasar yang tidak tercerna dapat diketahui setelah nilai absorban dikalibrasi dengan hasil analisa dari laboratorium.

 

NIRS adalah alat yang praktis untuk diterapkan di industri maupun peternakan. Perkembangan penelitian terhadap penggunaan alat ini semakin pesat untuk menunjang hasil prediksi yang lebih akurat. Terkait dengan kualitas serat kasar, sebuah penelitian sedang dilakukan oleh penulis di The University of Queensland untuk mengembangkan NIRS dalam pengukuran serat kasar tidak tercerna (indigestible neutral detergent fiber atau iNDF). Dengan adanya metode NIRS ini maka waktu dan biaya untuk menguji serat pakan melalui analisa laboratorium dapat dikurangi. Di samping itu, dengan ditemukannya nilai iNDF melalui NIRS maka metode prediksi sebelumnya yang hanya melihat komposisi lignin akan diperbaiki. Perbaikan pada sistem ini akan terasa lebih besar manfaatnya jika diaplikasikan di daerah tropis, seperti di Indonesia, mengingat hijauan pakan di daerah ini memiliki kecernaan yang relatif rendah dibanding subtropis dikarenakan komposisi lignin yang tinggi. Dengan demikian, penerapan teknologi ini di masa yang akan datang akan mempermudah ahli nutrisi juga peternak di Indonesia dalam melihat kualitas serat kasar sehingga komposisi serat kasar dalam bahan pakan dapat disusun dengan tepat untuk menunjang produksi ternak yang optimal.

 

 Ditulis oleh:

Titis Apdini

titisapdini@hotmail.com

PhD Candidate

Animal Production Systems Group

Wageningen University, The Netherlands

 

Acep Usman Abdullah

acep.usman@gmail.com

Student of Master of Animal Science

The University of Queensland, Australia

 

*Artikel ini merupakan tulisan pertama dari rangkaian artikel tentang metode terkini pengujian serat kasar pada pakan. Pembahasan lebih lanjut mengenai hasil penelitian dan aplikasi metode terkini pengujian serat kasar pada pakan akan ditulis pada artikel selanjutnya.

This Post Has 3 Comments

  1. tses

  2. testing

  3. Tes

Comments are closed.

Close Menu